Pengantar
Penulis
Revolusi
Mesir, 25 Januari 2011, turut mengubah
nasib seorang pria sederhana, Muhammad Mursi. Komisi Pemilihan Umum Mesir pada
Ahad (24/6), menetapkannya sebagai
presiden pertama negeri piramida itu pasca-revolusi. Padahal, awal tahun
lalu, tepatnya 28 Januari 2011, ia masih
menjadi tahanan yang mendekam di sebuah penjara dekat Kairo.
Muhammad Mursi lahir pada 20 Agustus
1951 di Desa al-Adawa, Provinsi asy- Syarqiya, Mesir bagian
timur, dari keluarga sangat sederhana. Ayahnya hanyalah seorang petani dan
ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Setelah menyelesaikan jenjang
pendidikan di kampung halamannya hingga tingkat SMA, Mursi mendapat gelar insinyur dari
Universitas Kairo dengan nilai istimewa pada tahun 1975. Kemudian dia meraih
gelar master di bidang teknik dari universitas yang sama. Pendidikan doktor
ditempuhnya di University of Southern California, yang diselesaikannya pada
tahun 1982.
Selanjutnya Mursi menjadi asisten profesor pada
California State University di Northridge, California, antara tahun 1982 dan
1985. Pada masa itu pula, Mursi sempat bekerja di Badan Penerbangan dan
Antariksa Amerika Serikat (NASA). Setelah itu, Mursi pulang ke Mesir dan
menjadi dosen teknik pada Universitas Zagaziq hingga tahun 2010. Di universitas
tersebut, Mursi meraih gelar profesor.
Dari
istrinya, Nalja Ali, Mursi dikaruniai lima anak dan tiga cucu. Dua putranya,
Ahmad dan Usama, sempat ditangkap
saat revolusi tahun lalu. Ahmad,
putra sulung Mursi, juga pernah ditahan sebanyak tiga kali antara tahun 2000
dan 2005 meskipun Mursi saat itu menjadi anggota parlemen.
Mursi merasa sejalan dengan
pemikiran IM pada tahun 1977. Maka, ia pun bergabung secara resmi sebagai anggota IM pada 1979.
Kariernya yang cemerlang benar-benar dimulai dari bawah. Diawali dengan menjadi
aktivis di kantor cabang IM di kota Zagaziq, Provinsi Syarqiya, hingga menjadi
penanggung jawab kantor IM di tingkat provinsi.
Ia lalu menjadi anggota divisi
politik IM sejak didirikannya divisi tersebut tahun 1992. Mursi kemudian
dipromosikan menjadi anggota al-Irsyad IM, yang merupakan
institusi tertinggi dalam struktur lembaga IM.
Mursi juga sempat mencicipi kursi
anggota parlemen pada 2000-2005 melalui jalur independen dan menjabat sebagai pemimpin
fraksi IM. Ia kemudian turut andil membentuk Front Nasional untuk Perubahan
pada tahun 2004. Front tersebut menjadi salah satu kekuatan oposisi yang
berseberangan dengan rezim Presiden Husni
Mubarak.
Mursi juga berperan dalam
pembentukan Lembaga Nasional untuk Perubahan yang dipimpin mantan direktur
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Mohamed el Baradei, tahun 2010. Setahun
kemudian, dia turut serta mendirikan Koalisi Demokrasi untuk Mesir. Koalisi itu
menghimpun 40 partai dan kekuatan politik dengan berbagai latar belakang
ideologi, mulai dari Islamis, liberal hingga sosialis.
Di era Mubarak, gerak-gerik Mursi
dipantau dan dibatasi sedemikian rupa, bahkan menyebabkannya masuk dalam
tahanan. Penjara pun menjadi tempat yang tak asing baginya. Setahun setelah
gagal mempertahankan kursi parlemen tahun 2005—kalah dalam pemilu putaran kedua
dari kandidat Partai Nasional Demokrat (NDP) yang berkuasa—Mursi pun masuk
penjara.
Mursi ditangkap di depan gedung
pengadilan kota Kairo ketika ikut berunjuk rasa. Demonstran memprotes
dinonaktifkannya dua hakim, yaitu Mahmud Miki dan Hisyam al Bastawisi, karena
dua hakim itu menolak aksi manipulasi pada pemilu parlemen tahun 2005.
Saat itu Mursi ditangkap bersama 500
aktivis IM lainnya. Setelah mendekam di penjara selama tujuh bulan, Mursi
dibebaskan, tapi dikenai tahanan rumah.
Mursi kemudian ditangkap lagi pada
28 Januari 2011 bersama 34 pemimpin IM lainnya. Penangkapan itu dilakukan untuk
mencegah Mursi dan teman-temannya dari IM ikut serta dalam unjuk rasa yang
digalang pemuda, yang akhirnya dapat menggulingkan rezim Mubarak pada 11
Februari 2011.
Namun, Mursi hanya dua hari dalam
tahanan. Warga berhasil membebaskannya dari penjara ketika polisi dan aparat
keamanan menarik diri dari penjara dan kantor polisi.
Dua bulan kemudian, dewan Syura IM
menunjuk Mursi sebagai ketua Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) yang dibentuk
IM. FJP adalah sayap politik IM. Setelah ditunjuk sebagai Ketua FJP, Mursi mundur
dari keanggotaan al-Irsyad IM, tetapi tetap
sebagai anggota Dewan Syura yang beranggotakan 110 pemimpin IM.
Selama lebih dari setahun, Mursi
sukses memimpin FJP untuk meraih suara mayoritas—47 persen—pada pemilu parlemen
akhir tahun lalu dan awal tahun ini.
Setelah menjadi orang nomor satu di
Mesir, Mursi mengundurkan diri dari jabatan ketua FJP untuk beralih menjadi
pemimpin untuk semua rakyat Mesir, bukan golongan atau kelompok tertentu.
Mursi dalam pidato politiknya
sebagai presiden Mesir, dinilai cukup gemilang karena mampu menunjukkan sebagai
negarawan. Ia menegaskan bahwa dirinya sebagai presiden untuk semua rakyat
Mesir tanpa kecuali dan akan menjamin semua hak rakyat Mesir.
Bagi
Mursi, seluruh rakyat Mesir entah itu buruh, supir bus, pedagang, masinis, atau pelajar
adalah keluarganya. Bagi Mursi, sekat-sekat agama dan status
merupakan musuh peradaban yang wajib dirobohkan.
Mursi pun tidak menganggap dirinya sebagai penguasa. Rakyatlah yang akan
menjadi sumber kekuasaan. Dia
merasa tak memiliki hak, yang ada hanyalah kewajiban. Kewajiban
sebagai pelayan untuk melayani rakyat.
Mursi
belum
lama terpilih
sebagai Presiden Mesir. Namun,
seabrek pelajaran berharga sudah
bertaburan darinya. Pidato yang ia sampaikan sarat dengan petuah yang patut diteladani
oleh pengelola Republik ini.
Mursi
mengajarkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin bersikap. Ia menempatkan diri bukan
sebagai penguasa, melainkan pelayan. Ia menempatkan toleransi di
atas segala-galanya. Ia mengubur dalam-dalam perbedaan.
Mursi
tak hanya dikenal sebagai akademisi yang merampungkan program doktoralnya di
University of Southern California. Ia juga sosok sederhana yang religius. Ia
menjadi presiden pertama yang hafal Qur'an 30 juz. Tak hanya dirinya, istri dan 5 anaknya juga hafal 30 juz
al-Qur'an.
Buku ini terdiri dari empat bab. Bab I bertutur tentang biografi Dr Mursi.
Dimulai dari masa kecil hingga dirinya terpilih sebagai presiden. Untuk
melengkap kisah hidupnya, penulis mengutip beberapa ungkapan dari orang-orang
dekatny, termasuk istri, anak dan sepupu sang Presiden.
Bab II menuturkan detik-detik Revolusi Mesir, proses pemilihan umum hingga
terpilihnya sang Presiden. Pada Bab III, sedikit analisa tentang bagaimana
kondisi ‘dunia’ setelah terpilihnya Dr
Mursi. Wa bilkhusus, kondisi Mesir sendiri dan Palestina. Diakui
atau tidak, segala penderitaan rakyat Palestina, khususnya Gaza, tak bisa dipisahkan dengan kebijakan Mesir selama
ini. Nah, terpilihnya Dr Mursi sebagai Presiden Mesir tentu akan menimbulkan
efek bagi Palestina mengingat sang Presiden adalah bagian dari al-Ikhwan
al-Muslimun, jamaah yang berada di garda terdepan membela Palestina bersama
dengan kelompok lainnya.
Bab IV sebagai penutup memaparkan hubungan Indonesia dan Mesir. Adalah
fakta sejarah bahwa Mesir merupakan negara pertama yang mengakui Indonesia
merdeka. Jalinan persahabatan itu tak pernah putus. Banyak pengaruh pemikiran
yang bersumber dari Mesir dan menjadi bahan perbincangan di Indonesia, menjadi
bukti bahwa antara Indonesia dan Mesir terjalinan hubungan yang erat. Selain
itu, buku ini juga dilampiri dengan foto-foto Dr Mursi dan berbagai peristiwa
yang mengiringinya melaju dari penjara ke istana.
Bisa disebut karya ini merupakan buku pertama tentang Dr Mursi yang terbit
di Indonesia (entah kalau di luar negeri) setelah sang presiden terpilih. Ini
tentu saja takkan terwujud tanpa kerja sama dari berbagai pihak. Di antara
mereka yang terlibat langsung dalam penulisan buku ini adalah al-akh
Mufied Haris, seorang penggemar sastra dan buku-buku pemikiran Islam yang saat ini sedang
menyelesaikan program S2-nya di
Universitas al-Azhar Kairo, Fakultas Pendidikan, Program
Kependidikan Islam.
Selain itu ada juga Akmal Sjafril, ST, M.Pd, aktivis INSIST dan dosen Universitas az-Zahra
Jakarta. Sesuai dengan kegiatan sehari-harinya yang banyak bergelut di dunia
pemikiran, maka sebagian dari konten Bab III adalah buah pemikirannya. Sedangkan
dua rekan lainnya yakni al-akh Muhammad Zulkifli dan Setyobudi, banyak
menyuplai data untuk melengkapi karya ini.
Semoga Allah memberikan ganjaran atas apa yang
diberikan dan bermanfaat buat umat.
Amin.
Bogor, Juli 2012
Hepi Andi Bastoni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar